Teknologi dan Kemiskinan.
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Berbicara tentang ilmu pengetahuan, teknologi
dan kemiskinan tidak mustahil kita akan melihat ke masa lampau atau masa depan
yang penuh dengan ketidakpastian. Yang mungkin permasalahannya adalah
kontinuitas dan perubahan, harmoni dan disharmoni.
Teknologi dalam penerapannya sebagai jalur
utama yang dapat menyonsong masa depan, sudah diberi kepercayaan yang mendalam.
Dia dapat mempermudah kegiatan manusia, meskipun mempunyai dampak sosial yang
muncul sering lebih penting artinya daripada kehebatan teknologi itu.
Kemiskinan sendiri merupakan tema sentral dari
perjuangan bangsa, sebagai perjuangan yang akan memperoleh kemerdekaan bangsa
dan motivasi fundamental dari cita-cita masyarakat adil dan makmur. Berbicara
tentang kemiskinan akan menghadapkan kita pada persoalan lain, seperti persepsi
manusia terhadap kebutuhan pokok, posisi manusia dalam lingkungan sosial dan
persoalan yang lebih jauh, bagaimana ilmu pengetahuan (ekonomi) dan teknologi
memanfaatkan sumber daya alam untuk mengurangi kemiskinan di tengah masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
B. TEKNOLOGI
Menurut Walter Buckingham yang dimaksud dengan
teknologi adalah ilmu pengetahuan yang diterapkan ke dalam seni industri, oleh
karenanya mencakup alat-alat yang memungkinkan terlaksananya efisiensi kerja
menurut keragaman kemampuan.
Atau menurut pengertian lain, teknologi adalah
pemanfaatan ilmu untuk memecahkan suatu masalah dengan cara mengerahkan semua
alat yang sesuai dengan nilai-nilai kebudayaan dan skala nilai yang ada. Kalau
ilmu dasar bertujuan untuk mengetahui lebih banyak dan memahami lebih mendalam
tentang alam semesta dengan isinya, teknologi bertujuan untuk memecahkan
masalah-masalah praktis serta untuk mengatasi semua kesulitan yang mungkin
dihadapi manusia. Hubungan ilmu pengetahuan dengan teknologi sering diungkapkan
sebagai berikut :
Ilmu tanpa teknologi adalah steril dan
teknologi tanpa ilmu adalah statis (Ilmu tanpa teknologi tidak berkembang dan
teknologi tanpa ilmu tidak berakar.
Yang dimaksud dengan teknologi tepat guna
adalah suatu teknologi yang telah memenuhi tiga syarat utama yaitu :
a. Persyaratan Teknis, yang termasuk di
dalamnya adalah :
memperhatikan kelestarian tata lingkungan
hidup, menggunakan sebanyak mungkin bahan baku dan sumber energi setempat dan
sesedikit mungkin menggunakan bahan impor.
jumlah produksi harus cukup dan mutu produksi
harus diterima oleh pasar yang ada.
menjamin agar hasil dapat diangkut ke pasaran
dan masih dapat dikembangkan, sehingga dapat dihindari kerusakan atas mutu
hasil.
memperlihatkan tersedianya peralatan serta
operasi dan perawatannya.
b. Persyaratan Sosial, meliputi :
memanfaatkan keterampilan yang sudah ada
menjamin timbulnya perluasan lapangan kerja
yang dapat terus menerus berkembang
menekan seminimum mungkin pergeseran tenaga
kerja yang mengakibatkan bertambahnya pengangguran.
membatasi sejauh mungkin timbulnya ketegangan
sosial dan budaya dengan mengatur agar peningkatan produksi berlangsung dalam
batas-batas tertentu sehingga terwujud keseimbangan sosial dan budaya yang
dinamis.
c. Persyaratan Ekonomik, yaitu :
membatasi sedikit mungkin kebutuhan modal
mengarahkan pemakaian modal agar sesuai dengan
rencana pengembangan lokal, regional dan nasional
menjamin agar hasil dan keuntungan akan kembali
kepada produsen
dapat mengarahkan lebih banyak produsen ke arah
cara penghitungan ekonomis yang sehat.
Teknologi, selain menimbulkan dampak positif
bagi kehidupan manusia, terutama mempermudah pelaksanaan kegiatan dalam hidup,
juga memiliki berbagai dampak negatif jika tidak dimanfaatkan secara baik.
Contoh masalah akibat perkembangan teknologi adalah kesempatan kerja yang
semakin kurang sementara angkatan kerja makin bertambah, masalah penyediaan
bahan-bahan dasar sebagai sumber energi yang berlebihan dikhawatirkan akan
merugikan generasi yang akan datang.
C. KEMISKINAN
Kemiskinan pada dasarnya merupakan salah satu
bentuk problema yang muncul dalam kehidupan masyarakat, khususnya pada
negara-negara yang sedang berkembang. Kemiskinan yang dimaksud adalah
kemiskinan dalam bidang ekonomi. Dikatakan berada di bawah garis kemiskinan
apabila pendapatan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang paling pokok
seperti pangan, pakaian dan tempat berteduh. Atau dengan pendapat lain, yaitu
adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan orang
dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang
bersangkutan.
Kemiskinan bukanlah suatu yang terwujud dengan
sendiri terlepas dari aspek-aspek lainnya, tetapi kemiskinan itu terwujud
sebagai hasil interaksi antara berbagai aspek yang ada dalam kehidupan manusia.
Terutama aspek sosial dan aspek ekonomi. Aspek sosial adalah adanya
ketidaksamaan sosial di antara sesama warga masyarakat yang bersangkutan,
seperti perbedaan suku bangsa, ras, kelamin, usia yang bersumber dari corak
sistem pelapisan yang ada dalam masyarakat. Sedangkan aspek ekonomi adalah
adanya ketidaksamaan di antara sesama warga masyarakat dalam hak dan kewajiban
yang berkenaan dengan pengalokasian sumber-sumber daya ekonomi.
Sementara itu klasifikasi atau penggolongan
seseorang atau masyarakat dikatakan miskin ditetapkan dengan menggunakan tolak
ukur utama, yaitu :
a. Tingkat pendapatan. Misalkan saja di
Indonesia, tingkat pendapatan digunakan ukuran kerja waktu sebulan. Dengan
adanya tolak ukur ini, maka jumlah dan siapa yang tergolong dalam orang miskin
dapat diketahui. Atau dengan menggunakan batas minimal jumlah kalori yang
dikonsumsi, yang diambil persamaannya dalam kg beras.
b. Kebutuhan relatif per keluarga. Dibuat
berdasarkan atas kebutuhan minimal yang harus dipenuhi dalam sebuah keluarga
agar dapat melangsungkan kehidupannya secara sederhana tetapi memadai sebagai
warga masyarakat yang layak.
Jika dikaitkan dengan kemakmuran, maka ada dua
persepsi masyarakat yang cukup berlawanan tentang hal ini. Persepsi pertama
adalah yang berpikir rasional dan eksak. Bahwa kemakmuran seseorang diukur
dengan jumlah serta nilai bahan-bahan dan barang-barang yang dimiliki atau
dikuasai untuk memelihara dan menikmati hidupnya. Semakin banyak jumlah dan
makin tinggi nilainya, maka akan makin tinggi taraf kemakmuran hidupnya.
Sedangkan persepsi kedua adalah pandangan masyarakat umum, terutama pedesaan.
Mereka beranggapan bahwa kemakmuran tidaklah berbeda dengan kebahagiaan.
Seseorang akan merasa makmur bila sudah ada keserasian antara
keinginan-keinginan dan keadaan materil atau sosial yang dimiliki atau
dikuasainya. Karenanya mereka selalu berusaha untuk menyeimbangkan antara
keinginan dan keadaan materinya. Jika keinginan mereka berlebih, sementara
keadaan materil mereka tidak mencukupi maka mereka harus mengurangi keinginan
yang ada. Begitu juga sebaliknya.
Kemiskinan menurut pendapat umum dapat
dikategorikan ke dalam 3 kelompok, yaitu :
Kemiskinan yang disebabkan aspek badaniah atau
mental seseorang. Pada aspek badaniah, biasanya orang tersebut tidak bisa
berbuat maksimal sebagaimana manusia lainnya yang sehat jasmani. Sedangkan
aspek mental, biasanya mereka disifati oleh sifat malas bekerja dan berusaha
secara wajar, sebagaimana manusia lainnya.
Kemiskinan yang disebabkan oleh bencana alam.
Biasanya pihak pemerintah menempuh dua cara, yaitu memberi pertolongan
sementara dengan bantuan secukupnya dan mentransmigrasikan ke tempat hidup yang
lebih layak.
Kemiskinan buatan atau kemiskinan struktural.
Selain disebabkan oleh keadaan pasrah pada kemiskinan dan memandangnya sebagai
nasib dan takdir Tuhan, juga karena struktur ekonomi, sosial dan politik.
Usaha memerangi kemiskinan dapat dilakukan
dengan cara memberikan pekerjaan yang memberikan pendapatan yang layak kepada
orang-orang miskin. Karena dengan cara ini bukan hanya tingkat pendapatan yang
dinaikkan, tetapi harga diri sebagai manusia dan sebagai warga masyarakat dapat
dinaikkan seperti warga lainnya. Dengan lapangan kerja dapat memberikan
kesempatan kepada mereka untuk bekerja dan merangsang berbagai kegiatan-kegiatan
di sektor ekonomilainnya.
D. ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI DAN KAITANNYA
DENGAN KEMISKINAN
Ilmu pengetahuan, teknologi dan kemiskinan
memiliki kaitan struktur yang jelas. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan
dua hal yang tak terpisahkan dalam peranannya untuk memenuhi kebutuhan insani.
Ilmu pengetahuan digunakan untuk mengetahui “apa” sedangkan teknologi
mengetahui “bagaimana”. Ilmu pengetahuan sebagai suatu badan pengetahuan
sedangkan teknologi sebagai seni yang berhubungan dengan proses produksi, berkaitan
dalam suatu sistem yang saling berinteraksi. Teknologi merupakan penerapan ilmu
pengetahuan, sementara teknologi mengandung ilmu pengetahuan di dalamnya.
Bila ditelaah, ilmu pengetahuan dan teknologi
dalam penerapannya, keduanya menghasilkan suatu kehidupan di dunia (satu
dunia), yang diantaranya membawa malapetaka yang belum pernah dibayangkan.
Padahal manusia dalam pekerjaan ilmiahnya tidak hanya bekerja dengan akal
budinya, melainkan dengan seluruh eksistensinya. Oleh karena itu, ketika manusia
sudah mampu membedakan ilmu pengetahuan (kebenaran) dengan etika (kebaikan),
maka kita tidak dapat netral dan bersikap netral terhadap penyelidikan ilmiah.
Sehingga dalam penerapan atau mengambil keputusan terhadap sikap ilmiah dan
teknologi, terlebih dahulu mendapat pertimbangan moral dan ajaran agama.
Ilmuwan selaku ahli teknologi harus bersikap mempunyai tanggung jawab sosial,
yakni tanggung jawab terhadap masyarakat menyangkut asas moral mengenai
penelitian etis terhadap obyek penelaahankeilmuan dan penggunaan pengetahuan
ilmiah (teknologi) dengan segala akibat sosialnya.
Dalam hal kemiskinan struktural, ternyata
adalah buatan manusia terhadap manusia lainnya yang timbul dari akibat dan dari
struktur politik, ekonomi, teknologi dan sosial buatan manusia pula. Perubahan
teknologi yang cepat mengakibatkan kemiskinan, karena mengakibatkan terjadinya
perubahan sosial yang fundamental. Sebab kemiskinan diantaranya disebabkan oleh
struktur ekonomi, dalam hal ini pola relasi antara manusia dengan sumber kemakmuran,
hasil produksi dan mekanisme pasar. Kesemuanya merupakan sub sistem atau sub
struktur dari sistem kemasyarakatan. Termasuk di dalamnya ilmu pengetahuan dan
teknologi.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang
tersusun dengan sistematis dengan menggunakan kekuatan pemikiran, yang selalu
dapat diperiksa dan dikontrol dengan kritis oleh setiap orang yang ingin
mengetahuinya.
Teknologi adalah pemanfaatan ilmu untuk
memecahkan suatu masalah dengan cara mengerahkan semua alat yang sesuai dengan
nilai-nilai kebudayaan dan skala nilai yang ada
Kemiskinan yaitu adanya suatu tingkat
kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan orang dibandingkan dengan
standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan.
Ada kaitan yang erat antara iptek dan
kemiskinan yang dialami oleh masyarakat terutama pada negara yang sedang
berkembang seperti Indonesia.
B. SARAN
Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi
dalam kehidupan sehari-hari harus memperhatikan banyak hal sehingga dapat
betul-betul bermanfaat bagi kehidupan manusia tanpa menimbulkan dampak yang
begitu berbahaya.
Penulisan makalah ini tidak luput dari
kesalahan dan kekeliruan, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi menyempurnakan makalah ini sangatlah diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Drs. H. Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar. (Semarang :
PT. Rineka Cipta, 1991), h.
Drs. H. Hartono, Drs. Arnicun Azis, MKDU Ilmu
Sosial Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), h. 326
Drs. Mawardi – Ir. Nur Hidayati, IAD ISD IBD,
(Bandung :CV. Pustaka Setia, 2002), h. 104
Emil Salim, Perencanaan Pembangunan dan
Pemerataan Pendapatan, (Jakarta : Yayasan Idayu, 1982), h. 37
Parsudi Suparlan, Masyarakat Perkotaan dan
Masyarakat Pedesaan, Bahan Penataran ISD se-Indonesia Timur 1-13 Agustus 1981,
di Tawangmangu Solo.
Drs. H. Hartono, Drs. Arnicun Azis, Op.cit, h.
317